Saturday, December 31, 2022

Mirna kombinasi untuk deteksi kanker paru


Mirna Kombinasi untuk Deteksi Dini Kanker Paru

Oleh : Amrizal Muchtar


Banyak sekali orang meninggal karena kanker yang terlambat dideteksi. Ria Irawan meninggal karena kanker kelenjar getah bening. Chrisye karena kanker paru.  Steve Jobs karena kanker pankreas. 

Menurut situs resmi Union for International Cancer Control, tema hari kanker tahun 2022 ini adalah “Hentikan Kesenjangan dalam Perawatan”. Pada tulisan ini, penulis ingin fokus kepada kanker paru dan deteksi dininya.

Kanker paru di Indonesia menduduki peringkat ketiga kanker terbanyak. Pada tahun 2020, terdapat 34.783 kasus kanker paru. Ini tidak mengherankan mengingat besarnya populasi perokok aktif di Indonesia. 

Kanker paru memiliki beberapa stadium keparahan dari stadium 1-4. Saat kanker masih stadium 1, tingkat kelangsungan hidup 5 tahun, mencapai 80 persen. Sayangnya, stadium 1 sering ini tidak bergejala sehingga jarang terdeteksi sampai akhirnya terlanjur parah ke stadium berikutnya. Seiring memburuknya stadium, peluang kesembuhannya hanya 37% untuk stadium 3, dan 6 % untuk stadium 4.. 

Deteksi dini kanker paru selama ini masih jauh dari harapan. Selama ini, penggunaan CT scan sebagai detektor dini memiliki banyak kekurangan seperti spesifisitas yang rendah dan jumlah alat yang masih sangat terbatas.

Salah satu penemuan yang cukup menjanjikan adalah ditemukannya microRNA (miRNA) kombinasi yang punya tingkat keakuratan tinggi mencapai 99 % pada suatu penelitian di Jepang. Menurut pengalaman penulis selama melakukan penelitian di Jepang, pengukuran kadar miRNA dari sampel tubuh seorang manusia relatif sangat mudah. Caranya sangat mirip dengan pengukuran PCR biasa pada pasien COVID, dan  membutuhkan waktu sekitar 30 menit saja.

MiRNA adalah asam nukleat RNA yang tidak mengkode protein  yang tersebar dan bersifat stabil di dalam tubuh manusia dan makhluk lain, seperti di dalam darah, plasma, serum, atau sputum. Ini pada dasarnya berfungsi untuk meregulasi aktivitas gen dalam tubuh seperti mengontrol  ekspresi protein tertentu. Pada kasus kanker tertentu, ekspresi beberapa miRNA akan meningkat drastis sehingga bisa menjadi penanda atau biomarker potensial untuk beberapa jenis kanker. 

Keisuke Asakura dalam penelitian yang dimuat di jurnal Communications Biology pada tahun 2020 membuat proyek penelitian nasional di Jepang yang diberi nama Development and Diagnostic Technology for Detection of miRNA in Body Fluids yang bertujuan untuk menganalisa profil ekspresi miRNA pada 13 tipe kanker termasuk kanker paru.

Keisuke kemudian menganalisa data microarray miRNA dari 1698 sampel serum  pasien kanker dan 207 non kanker dari  Pusat Kanker Nasional BioBank dan 1998 sampel serum  non kanker dari Klinik Minoru Yokohama. Awalnya dia berhasil menemukan 2588 data miRNA penting yang kemudian setelah diolah menyusut menjadi 406 data miRNA yang bisa dibandingkan antara pasien kanker dan non kanker. 

Profil 406 data miRNA kemudian dianalisa pada masing-masing 208 sampel pasien kanker dan non kanker. Mereka menemukan memang ada peningkatan signifikan beberapa miRNA tunggal pada pasien kanker dengan sensitivitas 93,3 % dan spesifisitas 88.5 %. Ketika menganalisa pola kombinasi miRNA, ditemukan dua miRNA, yaitu miR-1268b dan miR-6075,  selalu meningkat di sampel pasien kanker paru dengan sensitivitas  99.0 % dan spesifisitas 99,0 %. 

Proses selanjutnya adalah menganalisa lebih lanjut kadar atau ekspresi dua kombinasi miR-128b dan miR-6075 pada berbagai stadium kanker paru. Ternyata keduanya juga terekspresi di semua stadium kanker paru termasuk stadium awal. 

Penemuannya menjadi lebih menarik ketika mereka membandingkan ekspresi  kedua miRNA tersebut pada pada sampel pasien sebelum dan sesudah operasi pengangkatan jaringan kanker. Sebelum operasi, kadar atau ekspresi dari kombinasi miR-128b dan miR-6075 adalah 0,98  + 0,82. Menurun drastis menjadi -4.30 + 1.15, 60 hari  setelah operasi. Penemuan ini mengindikasikan bahwa kedua miRNA ini terkait erat dengan jaringan kanker dan  memiliki potensi besar untuk menjadi penanda atau biomarker kanker paru tahap dini. 

Penelitian miRNA terkait kanker memang sudah lama dilakukan dan  sering mendapatkan hasil yang bermakna. Skrining kanker dengan hanya menggunakan CT scan dosis rendah memiliki angka positif palsu yang tinggi mencapai 64 % yang mana sering mengharuskan pemeriksaan susulan yang tidak penting seperti CT scan ulang dan biopsi paru invasif yang tentunya sangat memakan biaya besar. Tapi kombinasi CT scan dosis rendah dan pemeriksaan profil miRNA juga terbukti menurunkan angka positif palsu di atas menjadi lima kali lipat lebih rendah. 

Tentunya penelitian ini masih membutuhkan pengkajian dan penelitian susulan yang lebih dalam, tapi ini adalah harapan besar untuk menurunkan jumlah kematian  akibat kanker paru di seluruh dunia dan mengurangi prosedur diagnostik yang tidak diperlukan. Deteksi dini kanker paru dengan menggunakan profil miRNA bisa dilakukan dimana-mana dengan hanya menggunakan alat PCR yang tentunya jauh lebih murah dan efektif dibandingkan penggunaan CT scan. (AMR)



No comments:

Menghapal tanpa tahu artinya tak termasuk mempelajari Alquran

Menghafal Tanpa Tahu Artinya, Tak Termasuk Mempelajari Al-Qur’an!  ibtimes.id/menghafal-tanpa-tahu-artinya-tak-termasuk-mempelajari-al-quran...