Jadi Dokter Spesialis
Dua hari lalu, aku menginjakkan kaki lagi di RS Wahidin Sudirohusodo untuk pertama kalinya setelah sekitar sembilan bulan berada di Jabotabek. Tidak ada perubahan yang berarti. Salah satunya ya tempat parkirnya yang sistemnya diperbaiki.
Perubahan lain, beberapa teman yang senasib dulu saat mahasiswa dan koas, masa dimana kami harus menjalani suka duka untuk menjalani pendidikan dokter, sudah berubah statusnya. Sama sih dengan status saya yaitu dokter umum, tapi beberapa dari mereka telah menjadi calon dokter spesialis.
Tidak sampai empat tahun lagi, mereka akan menjadi ahli di bidangnya masing-masing. Aku merefleksi ke cermin maya di depanku. Bagaimana ya nasibku ke depan? Cuma Allah yang tahu. Apa aku akan memiliki kemampuan finansial yang cukup untuk mengikuti pendidikan lanjutan seperti mereka?
Sekarang ini tidak mungkin. Tabungan tidak seberapa. Mau minta ke orang tua dan saudara tidaklah mungkin. Ya, sekarang saya tidak boleh lagi tergantung sama mereka. Kalau mereka memilik kekayaan berlimpah, mungkin saja bisa pinjam uang. Tapi kenyataannnya lain.
Sempat saya dengar, untuk masuk ke spesialis di unhas, memerlukan dana yang luar biasa.
Tapi kemudian saya bertemu dengan calon dokter spesialis kandungan yang waktu koass dulu amat baik sama koas-koas. Masih muda. Belum tigapuluhan tapi sudah hampir jadi spesialis. Ya, maklumlah dia
AMRIZAL, MAKASSAR, 26 AGUSTUS 2007
Partner Link:
No comments:
Post a Comment