Wednesday, January 30, 2008

Suara Emas dan Bukan Emas di Bus Kota


Citizen reporter Amrizal Muchtar membagi-bagi pengamatannya tentang pengamen di bus-bus kota Jakarta yang menemani perjalanannya. Meski sebuah Peraturan Daerah yang menertibkan pengamen dan pengemis di ibukota negara ini telah diberlakukan, pengamen tetap menyerbu angkutan umum. Apalagi kalau bukan dengan alasan: mencari makan. Bila beruntung, perjalanan menjadi terhibur dengan suara emas, tapi bila sedang buntung, kepala tentu jadi pening mendengar suara fals dan potongan lagu-lagu yang tak selesai. Berikut laporannya. (p!)
Warga Jakarta yang mengandalkan angkutan umum sebagai alat transportasi pastilah sering berinteraksi dengan pengamen. Kurangnya lapangan pekerjaan di sektor formal dan padatnya ibukota membuat banyak orang kreatif menciptakan apa saja yang bisa dijual untuk bisa hidup,
termasuk suara. Ratusan pengamen menjual suara di sarana angkutan umum di Jakarta setiap hari, mulai dari kereta api, bus, dan angkot. Saya sebagai pengguna alat transportasi publik di Jakarta adalah “penonton tetap” para pengamen ini.

Tiada perjalanan tanpa kehadiran pengamen. Itulah mungkin istilah yang tepat untuk menggambarkan kehadiran pengamen di Jakarta. Hampir semua kendaraan umum setiap hari disinggahi penjaja suara ini untuk mendapatkan sekedar uang receh dari penumpang. Dalam satu lintasan, kadang perjalanan bisa dihibur sampai lima pengamen secara berganti-gantian.

Hal ini saya alami sendiri dalam perjalanan saya dari Cibinong ke UKI melalui tol Jagorawi, 13 Desember 2007 silam. Memang tidak semua pengamen memiliki modal suara yang bagus. Ada juga yang pas-pasan atau bahkan fals tapi nekad menjual suara. Tapi saya beruntung kali itu karena bisa menikmati beberapa suara emas para penyanyi jalanan.
Dimulai saat bus ber-AC Laju Utama yang saya naiki sedang ngetem (berhenti untuk menunggu datangnya penumpang).

Di tengah nyamannya bis yang sesaat lagi akan melaju ke UKI, tiga orang pemuda naik dengan membawa perlengkapan bandnya. Satu orang menabuh drum, satu memegang bas, dan satu lagi memetik gitar. Sang gitaris yang juga vokalis membawakan dua lagu dengan sangat indah yaitu “Sebelum Cahaya” karya Letto, dan “11 Januari” karya GIGI. Tampak banyak penumpang cukup menikmati irama lagu mereka. Karena penampilan mereka cukup baik dan itu adalah penampilan pengamen pertama di bus itu maka cukup banyak yang mengapresiasi dengan memberikan uang receh kepada mereka.

Setelah mereka turun karena bus sudah bersiap masuk ke pintu tol, seorang pengamen solo muncul lagi. Rupanya pria ini sudah menunggu giliran untuk menyanyi dari tadi di kursi belakang. Dengan berbekal sebuah gitar, pemuda bertato naga di lengan kanannya ini menghibur para pengunjung dengan suaranya yang cukup merdu. Dia menyanyikan tiga lagu yang cukup populer. Salah satunya adalah “Oemar Bakri” milik Iwan Fals. Perjalanan ke UKI yang menempuh waktu sekitar setengah jam ini menjadi tak terasa dengan kehadirannya.

“Saya cukup menikmati lagu-lagu tadi. Tapi sebelumnya kadang saya terganggu juga kalau lagi bete.” Kata Dewi, seorang gadis manis yang juga turut dalam perjalanan tersebut.

Akhirnya perjalanan saya ke UKI sampai juga. Saya pindah ke bis non AC ke arah terminal Bekasi. Lagi-lagi saya mendapati seorang pengamen beraksi di bus itu. Seorang pengamen berkumis tipis yang bernama Arifin dengan berbekal sebuah gitar listrik menghibur penumpang. Penampilan Arifin cukup unik. Dia membawa gitar yang dilengkapi sebuah mikropon kecil yang dilekatkan pada gitarnya dan perangkat speaker kecil yang dimasukkan ke dalam tasnya. Dengan modal itu, Arifin mengawali “konsernya” dengan lagu “Beautiful Girl”. Lagu lama memang tapi di tangan Arifin lagu itu menjadi sangat nikmat.

Suaranya yang indah bisa terdengar dengan jelas ke seluruh penjuru bus berkat kehadiran speaker kecilnya. Lagu keduanya berjudul “Munajat Cinta” milik The Rock juga tidak mengecewakan. Akhirnya konsernya ini ditutup oleh lagu “Dust in the Wind”. Kesan perjalanan kali ini yang agak gerah dan pemandangan dalam bus yang kurang bersih menjadi lebih terhibur karena lagu-lagu dari Arifin.

“Sudah empat tahun saya mengamen. Sekarang saya sudah jenuh.” Kata Arifin saat saya mendapatkan kesempatan mewawancarainya. Pria beranak satu ini mengatakan memilih jadi pengamen karena tidak ada pilihan lain. “Dari pada mengemis mending ngamen.”

Dia lalu menceritakan kehidupannya selama menjadi pengamen. Setiap hari Arifin selalu menaiki sampai 6 bus untuk menjual suara. Dia lebih sering memilih bus Jurusan UKI-BEKASI karena tempat tinggalnya berada di Rawa Panjang, Bekasi. Jam kerjanya kebanyakan sore hari. Dia mulai naik bis jam 5 sore, dan pulang jam 9 malam. Walaupun termasuk pekerjaan golongan bawah, ternyata penghasilannya melebih nilai upah minimum regional Jakarta.

“Saya bisa mendapatkan 40 sampai 50 ribu dalam sehari. Tapi sekarang agak seret karena munculnya Perda baru yang melarang adanya pengamen.” Katanya mengeluh. “Tapi itukan cuma peraturan. Ya, buktinya masih banyak teman-teman saya yang bebas ngamen.”

Lain Arifin lain lagi pengamen perempuan yang saya temui dua hari setelahnya saat saya naik metromini jurusan Bogor-Kampung Rambutan. Di situ saya mendapati pengamen yang bersuara fals. Dalam pengantar ngamennya, dia memohon rezeki dari para penumpang agar bisa menyekolahkan anaknya. Dia kemudian menyanyikan potongan-potongan lagu yang dicampur-campur mulai dari lagu milik Ungu, Rhoma Irama dan banyak lagi.

Nada suaranya dan iringan musik yang berasal dari beberapa tutup botol yang dirangkai dengan paku sangat mengganggu telinga. Tapi tetap saja dia menyanyi kira-kira sekitar 15 menit. Saya sangat miris saat melihat tidak ada seorang pun yang memberi dia uang. Tapi sang pengamen ini terus mengiba, “Tolonglah, Pak...” (p!)

*Citizen reporter Amrizal Muchtar dapat dihubungi melalui email dramrizal@yahoo.co.id

Partner Link:

Diabetes Type II



No comments:

Menghapal tanpa tahu artinya tak termasuk mempelajari Alquran

Menghafal Tanpa Tahu Artinya, Tak Termasuk Mempelajari Al-Qur’an!  ibtimes.id/menghafal-tanpa-tahu-artinya-tak-termasuk-mempelajari-al-quran...