Monday, November 26, 2007

Pengalaman Mengurus SIM di Makassar



Baru-baru ini saya mengurus
SIM di Poltabes Makassar. Sebenarnya saya sudah pernah memiliki SIM sebelumnya tapi karena hilang dan bukti berupa fotokopinya tidak ada, maka saya dianggap mengurus SIM baru.

Saya sudah mendengar dan merasakan sejak dahulu tentang kasus suap dalam pengurusan SIM yang sangat sering terjadi. Asal ada uang, surat izin ini mudah sekali kita dapat.

Kali ini saya berusaha untuk jadi “orang jujur”. Saya bertekad melalui jalur resmi saja. Saya ingin merasakan prosedur sebenarnya. Saya penasaran mengetahui lika-liku pengurusan SIM secara resmi.

Ternyata penawaran pengurusan SIM cepat ini sudah dimulai saat kita baru menginjakkan kaki di pintu gerbang Poltabes. Saat melapor di pintu gerbang untuk menyatakan maksud kedatangan, seorang polisi langsung menawarkan untuk “membantu”. Tapi mengingat rasa penasaran, saya menolak secara halus.

Saya kemudian mengurus surat kesehatan dengan membayar Rp. 25000,-. Setelah itu saya menuju bangunan khusus pengurusan SIM. Dalam perjalanan ke situ, seorang calo memanggil lagi “Mau urus SIM, Pak?” tanyanya. Tapi saya mengacuhkannya.

Sebelum masuk ke kantor SIM, saya menyempatkan diri membaca langkah-langkah pengurusan SIM di depan pintu. Di situ saya membaca bahwa pengurusan SIM itu sebenarnya hanya Rp. 75000,- untuk baru, dan Rp. 60000,- untuk perpanjangan. Saya berpikir lumayan murah juga karena total pembayaran saya cuma Rp 100.000,-. Ini lebih murah daripada lewat calo.

“Mau urus SIM, ya, Pak?” Seorang bapak berbaju putih berkumis tipis tiba-tiba mendatangiku.

Saya mengerti “maksud baiknya”. Saya cuma mengangguk.

“Urus SIM baru atau perpanjangan?” tanyanya lagi.

“Sebenarnya lama. Tapi karena hilang jadi saya urus baru.” Kataku.

“Lewat saya saja, Pak.” pintanya.

“Memang lewat Bapak bayar berapa?” tanyaku.

“Satu sembilan puluh saja, Pak.”

“Mahal sekali, Pak. Boleh kurang?” tanyaku ingin tahu.

“Sudah murah sekali, Pak. Ayo. Kalau mau sekarang, ayo kita ke mobil. Nanti tinggal foto saja. Cepat sekali Pak.”

“Tidak, Pak.” Kataku. “Nanti saya coba urus sendiri”.

Bapak itu segera pergi. Saya kemudian masuk dan melalui loket-loket yang ada, mulai dari pendaftaran, pengisian biodata, dan akhirnya mengikuti tes tulis.

Di ruangan tes tulis, saya hanya berdua dengan pemohon SIM lain mengikuti ujian tulis. Saya berpikir, tadi di luar kan banyak sekali pemohon SIM. Apa cuma kami berdua yang mengurus secara resmi? Kalau seperti itu, berarti memang kesalahan ini sudah diterima sebagai kebenaran bersama.

Tes tulis yang saya ikuti ternyata tidak mudah. Terdiri atas 30 pertanyaan tentang lalu lintas dan sikap berkendara yang baik. Standar kelulusan yaitu 15 jawaban benar. Saya khawatir tidak lulus karena merasa ragu dengan jawaban tentang sikap berkendara yang baik. Alhamdulillah, saya hanya salah sembilan nomor.

Selanjutnya, melangkahlah saya ke tes praktik. Tes praktik pertama berupa tes mengendara motor secara zigzag melewati tiang-tiang yang telah diatur sedemikian rupa membentuk suatu lintasan sempit selebar satu meter. Setelah gagal sekali karena grogi, saya berhasil juga melalui tes ini. Saya kemudian beralih ke tes kedua yaitu tes tanjakan dimana saya harus mengendarai motor menanjak dan tiba-tiba berhenti di tengah tanjakan. Ini bisa saya lalui dengan mudah.

Akhirnya tibalah ke tes terakhir yaitu tes isyarat tangan dan rambu-rambu lalu lintas. Alamaak! Saya sama sekali tidak tahu arti isyarat aba-aba polisi satupun. Jawaban kedua atas pertanyaan isyarat polisi dimana polisi tersebut mengangkat tangan kirinya lurus ke samping dan tangan kanannya lurus ke bawah mengantarkankan saya ke kenyataan kalau saya harus kembali minggu depannya untuk menjalani tes ulang.

Singkatnya, setelah melalui pembelajaran singkat, saya kembali ke poltabes tujuh hari kemudian untuk tes ulang. Saya mengerutkan kening tatkala polisi yang pekan kemarin mengetes bertanya secara terang-terangan. Saya sebenarnya agak takut kalau nanti tidak lulus karena minggu depannya berniat ke luar kota.

“Anda mau lanjut tes atau dibantu?” tanyanya.

Saya mulai ragu untuk melanjutkan “perjuangan” saya setelah ini.

“Memang kalau dibantu bayar berapa lagi, Pak?”

“Ya, tergantung. Bisa dua puluh, bisa lebih”

“Kalau tes lagi memang susah lulusnya, Pak?” tanyaku.

“Ya, sesuai prosedur. Atau begini saja, anda bisa memilih untuk lanjut tes, baru setelah tidak lulus lagi, anda dibantu?”

Saya mengangguk pasrah.

Benar saja. Setelah dilakukan tes isyarat tangan dan tes rambu-rambu, saya tidak lulus lagi. Sebenarnya menurut saya, ketidaklulusan ini bukan karena faktor saya. Standar yang diterapkan disitu sangat tinggi, yaitu 100 %. Saya sebenarnya cuma salah jawab satu soal saja. Tapi itu sudah menjadi penyebab ketidaklulusan. Saya pikir, pada tes apapun, sangat langka atau bahkan tidak pernah kita temui standar kelulusan setinggi itu. Saya menduga, mungkin saja ini disengaja untuk mempersulit kelulusan.

Akhirnya, saya pun memutuskan mengikuti saja “aturan main” polisi itu. Kurelakan uang 20 ribuku masuk ke kantong pribadinya. Saya cuma bisa menghela napas panjang. Bukan masalah jumlah uang sebenarnya yang saya keluhkan, tapi ketidakberesan sistem yang membuat kita pun harus ikut-ikutan melakukan kesalahan.

Dari pengalaman ini, bisa diambil hikmah tentang begitu sulitnya untuk jadi orang jujur di Indonesia di masa sekarang. Sistem yang rusak membuat semua orang menjadi rusak secara terpaksa. Saya sempat juga berpikir apakah saya salah karena cuma sendiri berbuat benar. Apakah kesalahan bisa menjadi kebenaran atas kesepakatan semua orang?

Amrizal Muchtar

5 comments:

Aris Heru Utomo said...

jadi inget video mengenai polisi di Bali http://www.youtube. com/watch? v=q4j0Hg8eFsc

noertika said...

wah, lama nyami ndak ada up date an dokter...:)

gmana kabarta?
baek2ji to?

http://daengrusle.com

Anonymous said...

[url=http://cialisnowdirect.com/#dbwzw]cialis without prescription[/url] - cialis without prescription , http://cialisnowdirect.com/#ukmqi cialis without prescription

Anonymous said...

[url=http://levitranowdirect.com/#pdotq]generic levitra[/url] - levitra 40 mg , http://levitranowdirect.com/#ylohe buy levitra online

Anonymous said...

[url=http://loansheredirectly.com/#uyghm]online payday loans[/url] - payday loans online , http://loansheredirectly.com/#leqdj payday loans online

Menghapal tanpa tahu artinya tak termasuk mempelajari Alquran

Menghafal Tanpa Tahu Artinya, Tak Termasuk Mempelajari Al-Qur’an!  ibtimes.id/menghafal-tanpa-tahu-artinya-tak-termasuk-mempelajari-al-quran...