Thursday, May 24, 2007

Kisah Seorang Dokter Mencari Kerja di Jakarta

Kisah Seorang Dokter Mencari Kerja di Jakarta
:: Amrizal Muchtar ::
(Dimuat di www.panyingkul.com, Rabu, 04-04-2007)
Kota Jakarta masih menjadi kota tujuan pencari kerja bagi ribuan warga negeri ini, tidak terkecuali bagi dokter-dokter lulusan Universitas Hasanuddin, Makassar. Tiap tahunnya puluhan lulusan Fakultas Kedokteran universitas terbesar di Indonesia Timur ini melanglang ke ibukota, mengisi puluhan klinik 24 jam yang tersebar di Jabotabek. Citizen reporter Amrizal Muchtar menemui salah seorang dokter lulusan Unhas, dr Supardi, yang tamat bulan September tahun lalu dan kini sudah bekerja di salah satu klinik.(p!)
Memang peluang kerja bagi dokter di Jakarta begitu luas. Ini tidak lepas dari banyaknya fasilitas kesehatan di Jakarta dan sekitarnya. Ratusan klinik 24 jam berdiri menghiasi jalan-jalan di Jabotabek. Hampir di tiap ruas jalan ada klinik 24 jam. Untuk mengisinya juga tidak susah, karena setiap saat selalu saja ada lowongan yang terbuka. Karena mudahnya, tidak perlu modal besar untuk bisa kerja di Jakarta. Dengan modal tiket pesawat, ongkos transportasi dan uang makan seminggu juga sudah cukup.

Saat ditemui di Klinik 24 Jam Panca Bakti Nusantara yang berlokasi di Jalan Kelapa Dua No. 29 Kebon Jeruk Jakarta Barat, Pardi (begitu dia akrab dipanggil) sedang membersihkan luka bekas jahitan seorang pasien laki-laki dewasa yang bernanah. Dengan telaten dia membersihkan luka tersebut dan kemudian membungkusnya dengan perban.

Pardi sudah bertugas di klinik ini sejak November 2006 silam. Dia bisa tugas di tempat ini karena menggantikan temannya yang sudah hengkang tugas ke klinik lain. Masuk dan bekerja di klinik bagi seorang dokter di Jakarta memang relatif mudah. Yang penting ada klinik yang membuka lowongan, maka siapa pun yang bergelar dokter bisa mengisinya tanpa perlu repot-repot membuat surat lamaran. Jadi cukup memberitahukan secara lisan ke klinik yang bersangkutan.

Untuk mengetahui klinik mana yang butuh dokter, bisa dari informasi teman atau dari posko dokter Unhas, semacam rumah tinggal yang dikontrak bersama, yang berlokasi di Bekasi. Tiap dokter Unhas yang menumpang atau mencari informasi di tempat ini diwajibkan membayar uang masuk dan iuran perbulan yang nantinya bisa dipakai membayar tagihan telepon, listrik dan kontrakan rumah. Ke posko inilah biasanya para pemilik klinik mencari dokter.

Sebagaimana klinik lainnya, Klinik Panca Bakti Nusantara melayani pengobatan umum, khitanan, KB suntik, operasi kecil (pengangkatan tahi lalat dan kutil) dan juga menerima panggilan berobat ke rumah. Dokter Pardi pun harus standby 24 jam untuk melayani pasien yang datang berobat. Penyakit pasien bervariasi, misalnya demam, luka, gatal-gatal, ISPA, dan lain-lain.

Walaupun namanya klinik 24 jam, tidak berarti kesibukannya juga 24 jam. Biasanya pasien ramai datang di saat pagi dan sore saja. Jumlah pasien berkisar antara 7- 20 pasien perharinya. Karena letaknya di tengah kota, pasiennya pun kebanyakan berasal dari kalangan menengah ke atas. Pejabat DPR dan artis tidak jarang berobat ke sini.

Pria berkelahiran di Toli-Toli, Sulawesi Tengah, 11 November 1981 ini mengakui bahwa kehidupan di Jakarta begitu keras dibanding kota-kota lain. “Hidup di Jakarta penuh perjuangan,” Katanya, “Yang paling tidak enak macetnya itu.”

Saat memasuki kamar dokter, tampak televisi dan tempat tidur yang cukup nyaman mengisi kamar tersebut. Ketika ditanya mengenai penghasilan, dengan agak malu, dia mengatakan bisa mendapatkan honor antara Rp80 ribu hingga Rp250 ribu perhari. Dia kemudian memperlihatkan slip honor untuk jaganya di Klinik Panca Bakti selama 4 hari sebanyak Rp508.400. Dari penghasilannya tiap bulan, dia selalu mengirimkan uang kepada orang tua dan sanak saudaranya di kampung.

Mengenai pengalaman berkesan, dia mengatakan biasa-biasa saja selama di Jakarta. Pengalaman pertama menghadapi pasien sempat membuatnya grogi alias tidak percaya diri. Tapi lama-kelamaan akhirnya rasa itu hilang dengan sendirinya.

Ditanya mengenai obsesinya ke depan, dia mengatakan ingin melanjutkan sekolah dengan mengambil program spesialisasi penyakit dalam sekitar dua tahun ke depan. Tapi saat ini dia mau berbakti dulu, menerapkan ilmunya di daerah terpencil yang membutuhkan. Kebetulan April ini dibuka pendaftaran untuk jadi dokter Pegawai Tidak Tetap (PTT) di daerah terpencil di luar Jawa. Jadi Pardi akan melamar ke situ. Jika daerahnya bagus dia mungkin akan menetap hingga dua tahun di daerah tersebut. Sungguh suatu niat yang mulia.(p!)

*Citizen reporter Amrizal Muchtar dapat dihubungi melalui muridhipokrates@telkom.net

Partner Link:
1. There are four diabetes-type

4 comments:

vira said...

wah dok, kyknya skrg jd dokter tambah susah deh. saya baru lulus nyari klinik di jkt juga kayak susah banget. ngelamar ke rs di blg msh muda, lum pengalaman, lum ptt. yah kpn dpt pengalaman nya kalo ga da yg nrima..

sp said...

Utk TS yang telah memiliki SIP, apabila bersedia ditempatkan di klinik di jakarta dpt menghub sy

Jani Haryanto said...

Kl sy bukan dr UNHAS, bolehkah sy minta bantuan ditempatkan diklinik seputaran Jakarta. Kebetulan sy asalnya dr Bandung, baru 1 bulanan merantau ke Jakarta ikut suami. Terimakasih sebelumnya.

rachellicya ristioni sihaloho said...

buat yang cewek,belum berkeluarga, yg sdh punya str dan sip ada lowongan klinik 24 jam + skin care , jam kerja 1 x 24 jm sabtu ke minggu / tiap minggu bisa hub. saya 081310373793

Menghapal tanpa tahu artinya tak termasuk mempelajari Alquran

Menghafal Tanpa Tahu Artinya, Tak Termasuk Mempelajari Al-Qur’an!  ibtimes.id/menghafal-tanpa-tahu-artinya-tak-termasuk-mempelajari-al-quran...